PENYESELAN
DAN HARAPAN
Tiktoktiktok..
Semakin lama semakin cepat. Perasaan ini sudah tidak lagi seperti
biasanya. Kecepatan detak jantungku lebih cepat daripada lokomotif
yang sedang melaju ini. Ya. Seseorang sedang menantikan kehadiranku
di kejauhan sana. Pikiranku tidak lagi sinkron dengan apa yang aku
lakukan. Kulihat langit mulai gelap padahal waktu baru menunjukkan
pukul 2 siang. Setengah jam berlalu. Satu jam berlalu. Waktu
menunjukkan pukul 3, pintu kereta terbuka sangat lambat. Segera aku
berlari, bergegas menuju kediamanku.
Seketika
hujan turun, aku terus berlari, berlari dan berlari tanpa sadar hujan
sudah membasahi seluruh tubuhku. Tanpa kusadari sampailah di depan
sebuah rumah kecil di pinggir jalan diantara rumah-rumah mewah. Ya,
itulah rumahku. Segera aku memijakkan kaki ke dalam rumah dan berlari
kembali. Tibalah di depan pintu kamar, aku menarik nafas dalam-dalam
dan melangkahkan kaki ini ke dalam kamar tersebut. Kulihat wanita
cantik paruh baya yang seakan tak berdaya ditemani oleh adik
perempuan ku. Wanita cantik itu adalah Ibuku. Sesegera kaki
dan
tangan ini menghampiri dan memeluknya. Air mata sudah tidak dapat
lagi terbendung, membasahi pundak ibu.
“Bu..
Ian disini, disamping Ibu, nemenin Ibu, Ibu temenin Ian sama Ani juga
ya”
“......”
“Bentar
bu Ian ambilkan minum dulu”
Ibu
hanya tersenyum menatapku. Senyumnya begitu tulus. Senyum terindah
yang Ibu lontarkan kepadaku dan Ani. Kembalilah aku ke kamar dengan
segelas air putih. Tiba-tiba kudengar Ani memanggil namaku
keras-keras dan menyerukan pula Ibu. Segera aku berlari.
Sesampai dikamar kulihat Ani menangis memeluk Ibu dan Ibu hanya memejamkan mata seperti orang tidur. Ya. Aku tersadar bahwa Ibu tidak dapat menemani aku dan Ani. Seluruh badanku lemas. Prank. Gelas yang tadinya kugenggam sangat erat tiba-tiba jatuh.
“Ibu..ibu...ibu.......
Tadi Ian sudah bilang ingin ditemani ibu, ibu kok malah tertidur
pulas, bangunn bu bangunnn!”
“Bu..!
Jawab Ian !”
Sudah
lebih dari 20x aku meminta ibu merespon perkataanku dengan berbagai
cara, tapi ibu tetap saja diam. Ya. Ibu baru saja meninggalkan aku
dan Ani untuk selamanya. Ibu menyusul kepergian Ayah 4 tahun yang
lalu.
Air mata ini terus menerus mengalir tiada henti. Apakah ini sebuah penyesalan ? Mungkin jawabannya benar. Selama ibu sakit hanya Ani lah yang merawat ibu. Aku hanya sibuk dengan kesibukkanku di dunia yang fana ini. Termakan oleh nafsu duniawi, tanpa memprioritaskan orang yang telah merawat dan menjaga aku hingga sampai saat ini. Terbesit dalam benakku ketika pulang larut malam, pasti ibu yang langsung membukakan pintu. Ya, ibu sangat mengharapkan kedatanganku. Baru setelah itu ibu langsung tidur. Aku telah gagal menjadi kepala keluarga pengganti Ayah. Waktu tidak dapat diputar kembali. Nasi telah menjadi bubur. Tapi disaat yang sama aku membulatkan tekad untuk berubah menjadi yang lebih baik dan merawat salah satu harta berharga yang tersisa yaitu adikku.
“Ibu,
Ayah .. Ian minta maaf kalau selama ini Ian tidak menjadi seperti
Ayah dan Ibu harapkan, Ian sangat menyesal, Ian janji mulai sekarang
Ian akan berubah menjadi yang Ayah dan Ibu harapkan”
Karya : Febrian Rahman
mantab gan, gali lagi dong potensi cerpennya ;cendol;
BalasHapus